Kita tidak bisa mungkiri, leluhur kita, para orangtua kita, mengawali hidup dengan bercocok tanam. Mereka membuka ladang dengan menanam berbagai tanaman pangan. Jadilah hingga sekarang, kebun-kebun dan lahan-lahan ditanami dengan berbagai tanaman, seperti pohon durian, pisang, duku, manggis, nangka, dan lainnya.
Saat ini yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana sistem bertani atau bercocok tanam kita bisa lebih modern dan berorientasi proses dan hasil tanaman kita sehingga bisa memberikan kesejahteraan bagi kita.
Ada baiknya setiap petani harus diperhatikan oleh pemerintah lewat program-program yang berkelanjutan sehingga petani bisa bergairah untuk bercocok tanam karena bisa memberikan jaminan mendapatkan penghidupan.
Program-program pemerintah yang sudah dijalankan selama ini dengan membentuk kelompok-kelompok tani perlu terus dilakukan dan diorganisasikan secara serius. Diperlukan asesmen yang baik sehingga setiap petani memahami perlu pengorganisasian kelompok tani agar bisa bersama-sama mempraktikkan jiwa kebersamaan serta juga mendapatkan tempat bertanya atau berdiskusi ketika mendapatkan kesulitan dalam menjalankan kegiatan bertani.
Pendampingan oleh para tenaga pendamping yang memiliki kemampuan di bidang pertanian harus dilakukan sehingga petani terbantu.
Salah satu yang harus diperhatikan adalah soal keterbukaan informasi. Para petani harus dipastikan mendapatkan informasi yang benar seluk-beluk mendapatkan pupuk subsidi misalnya. Jika selama ini terjadi sumbatan informasi sehingga membuat ketidaklancaran pendistribusian pupuk dan bantuan subsidi lainnya terhadap petani, harus segera dicarikan solusinya. Oknum-oknum yang bermain harus diperingatkan, jika tidak bisa dibina, oknum-oknum tersebut perlu diberhentikan.
Kelompok tani-kelompok tani harus diarahkan untuk mendukung visi pemerintah daerah kita dalam melakukan swasembada pada komoditas-komoditas tertentu. Jika lahan sawah yang kita miliki, misalnya, memungkinkan kita untuk menutupi kebutuhan masyarakat kita sendiri, tanpa harus mendatangkan beras dari luar Kepulauan Nias, maka para petani padi perlu dibantu dan didampingi agar target yang kita inginkan bisa tercapai.
Hal yang sama juga berlaku untuk komoditas lainnya, misalnya petani sayur-mayur, petani jagung, petani cabai, petani pisang, dan sebagainya. Pemerintah perlu membantu para petani agar bisa menjual hasil pertanian mereka. Di sisi lain, perlu pembinaan terhadap kelompok UMKM yang memiliki kemampuan untuk mengolah hasil pertanian dari petani dengan memberi nilai tambah.
Saya rasa jika sistem seperti ini bisa dilaksanakan, bukan tidak mungkin masyarakat di Kepulauan Nias akan menjadi petani yang kaya dan bisa meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga masing-masing.